lp2m.or.id, Padang-Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, perempuan akar rumput di berbagai nagari terus menunjukkan bahwa solusi bisa lahir dari kesadaran lokal dan kerja kolektif. Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) menjadi bagian penting dalam menguatkan gerakan perempuan di tingkat komunitas untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Salah satu contoh inspiratif datang dari kelompok Sekolah Lapangan SPM dan Pertanian Cerdas Iklim di Nagari Aia Tajun. Dengan semangat kemandirian dan gotong royong, kelompok ini berhasil mengembangkan dua inisiatif penting: Bank Benih Komunitas serta produksi Pupuk Organik Cair (POC) dan pestisida nabati.
Inovasi dari Limbah Rumah Tangga
Para perempuan anggota kelompok belajar memanfaatkan potensi yang ada di sekitar mereka. Bahan-bahan yang selama ini dianggap limbah—seperti sisa sayuran, buah-

buahan, dan rimpang-rimpangan (jahe, lengkuas, kunyit)—mereka olah menjadi POC yang kaya nutrisi bagi tanaman. Tak berhenti di situ, mereka juga menciptakan pupuk berkalsium tinggi dari campuran cangkang telur dan cuka, yang berfungsi menambah unsur hara alami pada tanah.Pendekatan ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga ekonomis dan berkelanjutan. Perempuan belajar mengolah, memanfaatkan, dan memperkuat kembali siklus alam yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Bank Benih: Simbol Gotong Royong dan Kedaulatan Pangan
Bank benih yang mereka bangun tumbuh dari semangat kebersamaan. Setiap anggota menyumbangkan sebagian hasil panennya untuk disimpan dan dikelola bersama. Cara ini memastikan bahwa setiap musim tanam, kelompok tidak lagi bergantung pada benih komersial dari luar. Lebih dari sekadar penyimpanan benih, inisiatif ini memperkuat kedaulatan pangan di tingkat komunitas—perempuan menjadi penjaga sumber kehidupan, memastikan generasi berikutnya tetap memiliki akses terhadap benih lokal yang adaptif terhadap iklim.
Perempuan Sebagai Penggerak Ketahanan dan Adaptasi
Inisiatif sederhana di Aia Tajun ini membuktikan bahwa ketahanan dan kedaulatan pangan dapat dimulai dari langkah kecil di tingkat komunitas, terutama ketika perempuan menjadi penggeraknya. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, memperkuat solidaritas kelompok, dan membangun kesadaran akan pentingnya pertanian ramah iklim, perempuan di Aia Tajun menanam lebih dari sekadar benih—mereka menanam harapan akan masa depan yang lebih berkelanjutan.
“Inisiatif ini menjadi bukti bahwa kedaulatan, ketahanan pangan, dan adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dimulai dari langkah-langkah kecil di tingkat komunitas, terutama ketika perempuan menjadi penggeraknya.”
— Cerita dari Akar Rumput




