lp2m.or.id, Padang Pariaman – Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Semoga sholawat dan salam tertumpah kepada Rasullullah keluarganya, para sahabat dan orang yang mengikuti jejaknya, menghimbau kepada setia wanita untuk hidup bahagia dengan agamanya merasa memang dengan karunianya dan bergembira dengan berbagai nikmat yang telah dimilikinya.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran LP2M di Nagari kami yang kami cintai ini yang telah mendirikan sekolah perempuan dan membuka jalan untuk kaum perempuan yang diberi nama : Sekolah Perempuan Akar Rumput, yang terletak di Nagari Koto Tinggi, murid terdiri dari daerah Parit Malintang, Pasa Dama dan Koto Tinggi. Dengan jumlah anggota 14 orang ditambah 4 fasilitator satu kepala sekolah. Tempat sekolahnya di kantor Wali Nagari Koto Tinggi yang diresmikan tepat tanggal 9 Agustus 2015 dan dihadiri oleh Camat Enam Lingkung, Badan Musyawara (BAMUS) Nagari Koto Tinggi, Ninik Mamak, Wali Nagari dari 3 Nagari, dan LP2M dari Kota Padang.
Sebagai perempuan saya merasa bangga dengan adanya sekolah perempuan ini. Di sini kita banyak dapat pengalaman tentang lingkungan, sosial, politik, budaya, kesehatan, dan keadilan yang selama ini terabaikan/ menerima apa adanya. Bersikap optimis, sekalipun berada dalam badai, kami tidak punya pasangan dianggap remeh oleh masyarakat. Itu yang terjadi pada diri kami. Padahal kami tidak terlintas untuk mengganggu rumah tangga orang, walau kami hidup pas-pas an. Tiada kata yang paling indah di ucapkan selain terima kasih banyak yang telah memberikan pelajaran buat bekal kita bermasyarakat nanti, baik dari segi kebutuhan belajar, waktu luang untuk memberi pelajaran buat kami, dan lain-lainnya.
Awalnya kami malu untuk mengungkapkan perasaan kami di sini di muka umum seoloh-olah merobek dada kami sendiri, takut dicemooh orang dan dicibirkan orang. Setelah belajar di sini terasa ada perubahan pandangan yang tadi kita hanya menutup diri sekarang lebih terbuka dengan belajar di sini. Fasilitator jeli sekali untuk menggali potensi dalam diri kami, sesulit apapun persoalannya yang ada pada anggota, bisa dipecahkan/dicairkan. Bahasanya mudah dicerna oleh anggota sehingga anggota tidak malu untuk mengungkapkan perasaannya. Ini perubahan yang terjadi pada diri kami untuk memperbaiki diri kami dengan sendirinya sudah berani berbicara di depan kelompok, walaupun banyak kesalahan, kami sadar akan perubahan pada diri kami. Topik pertama kami belajar adalah menajemen keuangan keluarga. Dengan adanya pelajaran ini ada perubahan tentang keuangan yang selama ini kita abaikan. Kalau habis, ya sudah, artinya sekarang kita bisa mana yang dibutuhkan itu yang dikeluarkan. Kita harus punya planing/rencana kalau dapat jangan besar pasak dari tiang.
Topik yang kedua, pengembangan jiwa kewirausahaan. Kita harus jeli mleihat peluang yang dibutuhkan masyarakat. Kita harus punya motivasi/karakteristik wirausaha: berjiwa mandiri, pekerja keras, disiplin, percaya diri, kreatif, jujur dan dipercaya, selalu ingin maju. Seorang pengusaha skala mikro akan menjadi ujung tombak bagi maju tidaknya usaha. Seorang moderator pernah menyatakan: tidak pernah ada istilah gagal, yang ada hanya sukses yang tertunda atau belajar. Gagal adalah sukses yang tertunda.
Topik yang ke empat, globalisasi ekonomi terhadap keluarga. Yang saya rasakan terhadap keluarga banyak sekali tapi kita harus bisa memilih dan memilah mana yang penting dalam keluarga atau mana yang hanya kebutuhan pelengkap. Contoh: anak-anak kita belikan dia henpon/Hp karena kami bekerja di luar rumah, supaya kita gampang berkomunikasi/melacak mereka atau memantau mereka di mana dia berada. Kami memasukkan mereka ke sekolah yang banyak belajar agama tata krama, supaya punya iman di dadanya. Kami memberikan kepercayaan kepada mereka sambil diawasi kami berangkat pagi pulang malam yang tinggal di rumah hanya nenek dan kakek. Kami memberikan fasilitas mereka untuk mereka dewasa, makanya setelah tamat SLTP, tidak semua permintaaan yang sesuai dengan keuangan kita, mata ini senang melihat yang indah-indah, karena cenderung ke yang enak-enak, tidur memang di tempat yang empuk dengan angin yang sejuk seolah-olah kita berada di perumahan yang anginnya sepoi-sepoi.
Berangan boleh tinggi, tapi apakah kita bisa menggapainya? Dengan pertanyaan seperti itu tadi, kita termotivasi untuk berusaha menggapainya dengan kerja keras, janganlah terpengaruh oleh tetangga, punya keinginan kita hatus bisa mengendalikan diri kita sendiri. (Ermayetti)