lp2m.or.id, Padang–Hambatan komunikasi masih menjadi kendala utama bagi penyandang disabilitas rungu/wicara dalam berinteraksi dengan masyarakat maupun mengakses layanan publik. Untuk mewujudkan lingkungan yang lebih inklusif, diperlukan keterampilan berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Sebagai bagian dari komitmen mendorong inklusi, LP2M Sumatera Barat dan GIZ berkolaborasi dengan PPDI Kabupaten Pesisir Selatan memfasilitasi Pelatihan BISINDO guna meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas, masyarakat, serta aparatur pemerintah dalam menciptakan pelayanan publik dan interaksi sosial yang ramah disabilitas.
Tujuan Kegiatan
Pelatihan ini memberikan ruang bagi perwakilan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan mitra MSP untuk berkomunikasi langsung dengan komunitas disabilitas rungu/wicara sehingga aspirasi mereka dapat terakomodasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Melalui keterampilan BISINDO, penyandang disabilitas rungu/wicara didorong untuk berperan aktif sebagai subjek pembangunan. Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana memperkuat kolaborasi berkelanjutan antar pemangku kepentingan dalam mendorong lahirnya kebijakan dan praktik pembangunan yang inklusif di tingkat daerah.
Memperkuat Partisipasi Disabilitas dalam Kemitraan Multi Pihak
Pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) ini merupakan upaya untuk memperkuat partisipasi penyandang disabilitas rungu/wicara dalam Program Kemitraan Multi-Pihak (MSP) di Kabupaten Pesisir Selatan. MSP yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat, dan kelompok disabilitas menuntut komunikasi inklusif agar partisipasi bermakna, kebutuhan spesifik, serta pemberdayaan penyandang disabilitas dapat terakomodasi. Dengan dukungan pengajar dari GERKATIN dan HWDI Sumatera Barat, pelatihan ini menjadi ruang belajar bersama untuk menciptakan pembangunan yang lebih inklusif.
Materi dan Program Pembelajaran Pelatihan BISINDO
Pelatihan BISINDO ini mencakup pemahaman etika berinteraksi dengan disabilitas, pembelajaran abjad dan kosakata dasar, pendalaman isyarat kata kerja, kata benda, kata sifat, serta pertanyaan 5W+1H, hingga praktik menyusun kalimat dan percakapan. Proses belajar dilengkapi dengan diskusi kelompok, ujian praktik, serta penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk memastikan keterampilan peserta dapat diaplikasikan dalam layanan publik dan interaksi sosial yang inklusif.