lp2m.or.id, Padang –Nagari Sungai Gayo Lumpo, yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, menjadi salah satu lokasi pilot project pendekatan multipihak (MSP) dalam implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs). Pada kesempatan istimewa ini, Pak Sanjoyo Kirlan, selaku Manajer Pilar Pembangunan Sosial Seknas SDGs Indonesia, melakukan kunjungan lapangan untuk melihat langsung praktik baik yang dikembangkan di nagari tersebut.
Kunjungan ini turut didampingi oleh Sekretaris Bapedalitbang Kabupaten Pesisir Selatan, tim dari GIZ, serta mitra lokal LP2M. Mereka disambut hangat oleh Wali Nagari Sungai Gayo Lumpo, Bapak Novinol Edi, bersama tokoh perempuan tani setempat, Ibu Darmini, yang selama ini dikenal aktif menggerakkan inisiatif pertanian inklusif dan berkelanjutan.
Sawah Pokok Murah: Kolaborasi untuk Pertanian Mandiri
Dalam dialog yang berlangsung hangat, Ibu Darmini, petani perempuan penggerak dari Sungai Gayo Lumpo, membagikan kisah sukses implementasi Sawah Pokok Murah (SPM), sebuah praktik pertanian hemat biaya yang telah berlangsung selama dua tahun.
Melalui pendekatan kolaboratif antar pihak, SPM dikembangkan sebagai solusi pertanian berbasis kemandirian, di mana petani didorong untuk mengelola lahan secara efisien tanpa ketergantungan pada input kimia yang mahal. Salah satu inovasi yang dikenalkan Ibu Darmini adalah pembuatan pupuk organik berbahan baku lokal, yang tidak hanya murah tetapi juga ramah lingkungan.
Model ini dinilai efektif meningkatkan produktivitas tanpa membebani petani secara finansial, serta memperkuat posisi perempuan sebagai pengelola utama sumber daya pertanian di komunitasnya.
Peninjauan Langsung Praktik Sawah Pokok Murah
Dalam kunjungannya, Pak Sanjoyo Kirlan juga turun langsung ke lahan pertanian untuk menyaksikan secara dekat praktik Sawah Pokok Murah yang dijalankan melalui pendekatan MTOT Dalam peninjauan ini, dilakukan perbandingan antara sawah yang dikelola dengan metode SPM dan sawah dengan pendekatan konvensional.
Hasil observasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam efisiensi biaya, daya dukung lingkungan, serta kemandirian pengelolaan oleh petani. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan multipihak yang digerakkan oleh masyarakat lokal mampu menghasilkan dampak nyata terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat akar rumput.
Menjadi Model Pembelajaran untuk Daerah Lain
Kunjungan ini memperkuat posisi Nagari Sungai Gayo Lumpo sebagai contoh nyata praktik pembangunan berkeadilan dan inklusif, khususnya dalam sektor pertanian yang berpihak pada perempuan dan kelompok rentan lainnya. Pendekatan multipihak, yang melibatkan pemerintah nagari, petani, mitra pembangunan, dan lembaga masyarakat sipil, terbukti mendorong transformasi positif di tingkat lokal.
Melalui kunjungan ini pula, Seknas SDGs Indonesia mendapatkan pembelajaran berharga tentang bagaimana inisiatif berbasis komunitas dapat mendorong pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan secara lebih kontekstual dan partisipatif.