lp2m.or.id, Padang – Pengelolaan hutan nagari perlu melibatkan masyarakat secara aktif, inklusif, dan berbasis kearifan lokal agar berkelanjutan. Pemetaan partisipatif menjadi langkah penting untuk memahami fungsi lahan dan batas wilayah secara akurat. Kegiatan ini didukung oleh Warsi Grant Management (WGM) dan LP2M Sumbar, dengan melibatkan unsur masyarakat secara luas termasuk perempuan, pemuda, dan tokoh adat. Selain meningkatkan kapasitas, kegiatan ini juga mendokumentasikan nilai adat dan kawasan sakral sebagai dasar pengelolaan hutan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Pengenalan Unsur Peta dan Praktek Pembuatan Peta
Fasilitator memulai sesi dengan menggali pemahaman peserta tentang peta tanpa langsung memberi definisi. Dari hasil diskusi, disusun bersama unsur-unsur penting yang membentuk sebuah peta yang dapat dibaca dan dipahami. Selanjutnya, peserta dibagi dalam dua kelompok untuk mempraktikkan pembuatan peta Nagari Sungai Liku Palangai berdasarkan pemahaman masing-masing. Setiap kelompok kemudian saling membaca hasil peta kelompok lain. Setelah itu, peserta diajak membaca peta hutan Nagari secara langsung untuk menguji pemahaman mereka terhadap simbol dan unsur-unsur peta.
Pengenalan danPraktek Alat-Alat Pemetaan
Peserta dilatih menggunakan aplikasi Avenza Maps untuk pemetaan kawasan hutan nagari. Meski ada kendala teknis pada beberapa perangkat, peserta tetap antusias mengikuti sesi praktik, mulai dari aktivasi rekam jejak hingga pengisian form pemetaan. Sebagian besar peserta, terutama perempuan, menunjukkan ketekunan dalam mengoperasikan aplikasi. Menjelang turun lapangan, peserta dibagi menjadi empat tim dengan anggota yang mencakup pengguna aplikasi, tokoh masyarakat, dan warga yang memahami akses lokasi.
Ground Check Pemetaan Batas Hutan Nagari
Kegiatan ground check dimulai pada Minggu, 20 Juli 2025, dengan pembagian nomor titik batashutan nagari kepada masing-masing tim. Pukul 10.30 WIB, seluruhtim bergerak ke lapanganuntuk melakukanpenelusuran titik danrekam jejak.Hingga pukul 15.00 WIB,seluruh tim berhasilmenyelesaikan 3–5 titikdan melaporkan hasilnya tepat waktu.
Pada hari kedua, Senin, 21 Juli 2025, kegiatan dimulai dengan evaluasi hasil hari pertama dan diskusi titik potensial yang perlu ditindaklanjuti. Tim kemudian diperkecil menjadi dua : Tim 1 kembali menelusuri titik yang sebelumnya gagal terekam, sementara Tim 2 diarahkan ke wilayah Palembayang Dempo, tepat di perbatasan dengan nagari tetangga. Kegiatan ini bertujuan memastikan keakuratan data batas wilayah hutan nagari melalui keterlibatan aktif masyarakat.
Evaluasi setelah ground check dan penandaan titik
Setelah kegiatan ground check, masing-masing kelompok peserta berbagi pengalaman saat melakukan penandaan titik di lapangan. mulai dari tantangan menuju titik, kondisi batas hutan dan pemukiman, hingga potensi positif dan negatif di sekitar titik. Mereka juga menyampaikan usulan penanganan, seperti pengawasan dan penanda batas, terutama pada titik rawan seperti area bekas pembalakan. Diskusi ini memperkuat pemahaman dan langkah kolaboratif dalam menjaga batas hutan nagari.