lp2m.or.id, Padang–Hutan nagari memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologis, menopang kehidupan sosial, serta menjadi sumber penghidupan ekonomi bagi masyarakat. Namun demikian, keterlibatan strategis perempuan dan orang muda dalam pengelolaan hutan nagari masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan akses, minimnya kesempatan pelatihan, serta rendahnya kepercayaan diri untuk berperan dalam pengambilan keputusan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, diselenggarakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Masyarakat, Perempuan, dan Orang Muda di Nagari Sungai Liku Pelangai. Kegiatan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengelola hutan nagari sekaligus mengembangkan usaha berbasis hutan dengan pendekatan partisipatif berprinsip GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion).
Tujuan Kegiatan
Pelatihan ini bertujuan untuk:
-
Meningkatkan pemahaman peserta tentang pengelolaan hutan berkelanjutan.
-
Menguatkan pengetahuan strategi usaha berbasis hutan.
-
Mengembangkan kepemimpinan inklusif, khususnya bagi perempuan dan orang muda.
-
Memberikan ruang bagi kelompok rentan agar lebih percaya diri dan berperan strategis dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan hutan nagari.
Harapan Kegiatan
Melalui pelatihan ini diharapkan akan tumbuh pemimpin-pemimpin lokal yang inklusif dan tangguh. Kapasitas kepemimpinan perempuan dan orang muda dapat meningkat sehingga mereka mampu mengambil peran dalam kelembagaan pengelolaan hutan nagari maupun dalam pengembangan usaha berbasis hutan. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan memperkuat komitmen para pemangku kepentingan untuk mendukung peran strategis kelompok rentan, serta menghasilkan rencana tindak lanjut yang mendorong inklusivitas dalam pengambilan keputusan.
Penerapan Prinsip Partisipatif, Gender, dan Inklusifitas
Pelatihan ini disusun dengan pendekatan partisipatif yang mendorong keterlibatan aktif seluruh peserta melalui paparan materi, diskusi, studi kasus, dan refleksi bersama. Fokus utama diberikan pada keterwakilan kelompok rentan, khususnya perempuan dan orang muda, agar suara mereka benar-benar didengar dan dipertimbangkan. Prinsip GEDSI menjadi landasan dalam setiap sesi, dengan tujuan menghapus hambatan partisipasi serta memastikan setiap gagasan dapat diakomodasi secara setara.
Identifikasi Hambatan dan Peluang melalui APKM
Salah satu sesi penting dalam pelatihan adalah analisis hambatan, tantangan, dan peluang inklusi dalam perhutanan sosial menggunakan kerangka APKM (Akses, Partisipasi, Kontrol, dan Manfaat). Peserta diajak bekerja sama untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi kelompok rentan—seperti perempuan, penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan anak muda—dalam mengakses dan mengelola hutan. Lebih jauh, peserta juga merumuskan strategi untuk mengatasi hambatan tersebut sekaligus memanfaatkan peluang agar pengelolaan hutan nagari benar-benar inklusif dan berkelanjutan.
Pelatihan ini diharapkan menjadi titik awal lahirnya generasi pemimpin masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berperspektif keberlanjutan. Dengan meningkatnya kapasitas kepemimpinan perempuan dan orang muda, pengelolaan hutan nagari bukan hanya menjaga kelestarian alam, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi dan keadilan sosial di tingkat nagari.
