lp2m.or.id, Padang – Berawal dari sebuah penelitian tentang Kesehatan Alat Reproduksi yang dilakukan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) pada Januari-April 2014, saya bertemu dengan perempuan tangguh, dengan inisial AY.
AY perempuan berumur 55 tahun penduduk asli daerah Kuranji tepatnya Lapau Munggu. AY anak kedua dari 3 bersaudara, kedua saudaranya laki-laki. Ibunya meninggal pada saat melahirkan adiknya yang ketiga, AY tinggal bersama “gaek” (neneknya). AY kecil hanya sekolah sampai kelas 1 SD karena pada saat itu sekolah sangat jauh dan susah aksesnya. Pada usia 15 tahun AY dicarikan seorang suami oleh neneknya yang merupakan anak kampung sebelah, laki-laki itu berumur 18 Tahun.
Pada masa itu AY menolak untuk dinikahkan karena merasa masih sangat kecil, namun AY tidak dapat menolak permintaan neneknya yang ingin menikahkannya dengan pria yang belum di kenalnya. Pada hari pernikahanlah AY baru melihat bentuk suaminya seperti apa. Setelah menikah AY tidak tinggal serumah dengan suaminya karena AY masih berumur 15 tahun, suaminya tinggal bersama orang tuanya dan AY tinggal bersama neneknya.
Suaminya hanya pulang di siang hari itupun pada acara kebesaran seperti : bulan puasa, Sebelum Lebaran Idul Fitri , Lebaran Haji, dan Maulid Nabi SAW. Ketika pulang suami AY memberikan belanja dan daging untuk dimasak dihari lebaran nanti setelah itu suaminya pulang lagi kerumah orang tuanya , ataupun melakukan pekerjaan tanpa bertatap muka dengan AY istrinya, pada saat itupun yang menghidangkan nasi untuk suami AY adalah neneknya.
Hal seperti ini berlangsung selama 3 tahun. Setelah berumur 19 tahun AY mulai mengerti arti menjadi seorang istri yang dulunya tidak mau berjalan bersama suaminya, setelah itu mau berjalan dengan suaminya dan baru tinggal serumah. Hamil pada usia 19 tahun AY tidak mempunyai pengetahuan kehamilan. Pada saat kehamilan pertama tidak bercerita pada siapapun, yang mengetahui AY hamil adalah neneknya karena gejala yang AY alami sama dengan almarhum ibunya.
Wawancara yang dilakukan berlanjut pada cerita AY punya anak berapa. AY menjawab dengan mata yang cerah dan berbinar sambil tertawa kalau dia sudah sepuluh kali hamil, 7 kali melahirkan dan 3 kali keguguran. AY keguguran 3 kali yaitu: Pada anak yang ke 6 (AY merasakan pingangnya sangat sakit setelah itu keluar begitu saja ketika AY sedang bekerja seperti rasanya ingin buang air kecil tapi yang keluar berupa janin, seperti sebuah balon yang berisi seperti cicak ketika AY angkat jatuh, itu ketika kehamilan AY berumur 3 bulan. AY mengatakan hal ini pada suami dan menguburkannya), anak ke 7 AY dilarikan ke bidan dan dikorek, anak ke 9 AY pendarahan.
“Hal ini karena saya bekerja terlalu keras sebagai penjemur cengkeh sehingga berakibat buruk pada kehamilan. Cengkeh itu panas, berdampak keguguran pada janin,” katanya.
Ketika melahirkan anak ke-10 di RS M Djamil, AY harus menjalani operasi pada usia kandungan 9 bulan. “Kehamilan kali ini lebih berat saya rasakan, karena setiap hamil saya muntah. Saya tidak makan sampai usia kandungan 3 bulan, hanya bisa tidur setelah usia 9 bulan. Perut saya sangat sakit,” ujarnya.
AY melanjutkan cerita. Saat pergi ke bidan, ia tak juga melahirkan. “Setelah itu saya pulang lagi walaupun sudah pendarahan. Lalu kembali lagi ke bidan dan disuruh banyak jalan agar mudah melahirkan. Walaupun sudah kesakitan, tapi saya tetap menjalani anjuran bidan untuk berjalan. Belum juga lahir akhirnya saya di rujuk ke RS.M.Djamil melahirkan seorang anak laki-laki dengan berat 1 kg sangat kecil dan kuning dengan operasi setelah melahirkan saya tidak sadar lagi karena pendarahan hebat saya langsung steril.
Dari hal yang di alaminya mulai dari kurang pendidikan, pernikahan di usia anak serta pengalamannya keguguran ayang memberikan saran, “untuk perempuan bahwa pendidikan penting agar lebih maju, menikah pada usia yang tepat , serta peduli dengan kesehatan reproduksinya”.