Sabtu, Juli 2, 2022
  • Login
LP2M
  • Tentang
  • Agenda
  • Kontak
  • Publikasi
    • INFO KEGIATAN
    • SIARAN PERS
    • PENELITIAN
    • LAPORAN
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Tahunan
      • Pembelajaran Program
  • Donasi
No Result
View All Result
LP2M
  • Tentang
  • Agenda
  • Kontak
  • Publikasi
    • INFO KEGIATAN
    • SIARAN PERS
    • PENELITIAN
    • LAPORAN
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Tahunan
      • Pembelajaran Program
  • Donasi
No Result
View All Result
LP2M
Home Publikasi Info Kegiatan

Nikah Anak Bukan Takdir, Harus Dilawan

26/07/2018 | 12:28 WIB

Maraknya kasus pernikahan anak di Indonesia adalah miskonsepsi yang terpendam dari masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat punya acuan bahwa anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 13 tahun.

“Kalau bicara kasus pernikahan pada usia anak, banyak yang menyangka usianya 11 atau 13 tahun. Tapi, saat kami sebut usianya 17 tahun, mereka malah marah,” kata Adolescent Officer UNICEF Indonesia Anissa Elok Budiyani.

Hal tersebut semakin menjadi parah seiring berjalannya zaman. Paham-paham modernitas yang dirasa mulai mengubah keadaan masih disandingkan dengan norma-norma tradisional. Hal tersebut semakin merugikan muda-mudi yang masa mudanya terenggut oleh janji pernikahan.

Tentu, remaja pria yang menikah muda juga terampas masa depannya. Namun, dalam hal ini, perempuan mendapat posisi yang lebih buruk. Harus mengambil tanggung jawab sebagai pencari nafkah, namun tetap harus menunduk di depan suami. Ambil saja contoh DS (20), di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Selama dua tahun, dia harus menjadi upik abu di zaman modern. Hanya saja, yang menjadi peran jahat bukanlah ibu dan saudara tiri. Melainkan pria yang harusnya menjadi pangeran berkuda putih. Semua itu berawal dari kabar palsu yang tersebar di desanya bahwa dia sedang hamil di luar nikah.

K (22), sebenarnya hanya kenalan dari DS yang saat itu menumpang berteduh karena hujan deras. Dari sana, desas-desus mulai bahwa DS menjalin hubungan dengan K dan sudah hamil duluan. “Padahal, saya sudah punya pacar orang Kalimantan. Bukan dia,” ucapnya.

(Padang Ekspres, 6 April 2017)

ShareTweetSendShareSend

Baca Juga

20 petani muda dan perempuan di Padang Pariaman belajar pertanian organik, Rabu (22/9/2021). [Foto: LP2M]
Info Kegiatan

20 Petani Muda dan Perempuan di Padang Pariaman Belajar Pertanian Organik

01/10/2021 | 11:41 WIB
Info Kegiatan

Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Ala LP2M

18/12/2020 | 16:47 WIB
Info Kegiatan

Mari Dukung Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

13/11/2020 | 20:18 WIB

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

LP2M

  • Tentang
  • Team
  • Kontak
  • Donasi

Copyright © 2020 Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M)

No Result
View All Result
  • Tentang
  • Agenda
  • Kontak
  • Publikasi
    • INFO KEGIATAN
    • SIARAN PERS
    • PENELITIAN
    • LAPORAN
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Tahunan
      • Pembelajaran Program
  • Donasi

© 2022 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In